Cinta… sebuah kata sederhana yang
memiliki kekuatan luar biasa. Ya, sangat luar biasa. Bagaimana tidak. Hanya
dengan bermodal cinta seseorang bisa melakukan apa saja demi membuktikan
cintanya. Dengan cinta seseorang rela mengorbankan seluruh miliknya harta yang
paling berharga sekalipun. Dan mereka pun akan mengatakan jatuh cinta berjuta
rasanya. Membuat hati berbunga-bunga. Tapi gara-gara cinta pula seseorang bisa
menderita. Seperti yang selalu Chu Pat Kai bilang, cinta… deritanya tiada akhir
atau kisah Siti Nurbaya yang menderita karena Kasih – nya – Tak – pernah – Sampai.
Ada apa dengan
cinta?
Dahsyatnya kekuatan cinta telah
dibuktikan oleh Mush’ab bin Umair ra yang rela meninggalkan kehidupannya yang
bergelimangan harta dan ibunda terkasih demi yang dicintainya. Kekuatan cinta
jua yang mendorong Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail putra tersayang
satu-satunya demi memenuhi perintah yang dicintainya. Bahkan atas nama cinta
pula seorang ibu rela mempersembahkan keempat orang anaknya untuk syahid di medan jihad. Sekali lagi,
demi yang dicintainya.
Betapa banyak untaian sirah
menceritakan kisah cinta yang menyejarah telah membuktikan betapa cinta
memberikan efek yang luar biasa. Tentu saja semua itu dibersamai dengan
pengorbanan yang tidak mudah. Adalah sebuah keniscayaan bahwa cinta berbanding
lurus dengan pengorbanan. Berani mencintai berani pula berkorban demi yang
dicintainya. Dan mereka semua telah menggenapi persyaratan tersebut. Hanya demi
Allah. Allah satu-satunya yang mereka cintai. Tiada kecintaan melebihi
kecintaan pada Allah.
Sunatullah tersebut juga berlaku
pada seluruh manusia yang telah berikrar untuk mencintai-Nya. Ketika hati ini
telah mengaku mencintai Allah, maka seketika itu juga cinta akan menagih
pengorbanan. Allah akan menghadapkan kita dengan ujian untuk membuktikan
pengakuan kita. Seberapa besar kedalaman cinta yang kita berikan. Apakah hanya
sejengkal tanah, sedalam laut, atau seluas samudra? Akankah kita mampu
mempertahankan ketika bahtera cinta kita dihantam badai?
Untuk semua yang mengaku
mencintai Allah, mari kita uji pengakuan itu. Apakah kita telah menjadikan
Allah sebagai tujuan hidup? Mencintai mereka yang dicintai Allah? Melakukan apa
yang diperintah dan menjauhi semua hal yang dilarang-Nya? Senantiasa berdzikir
mengingat-Nya? Mentadabburi ayat-ayat-Nya? Berdakwah karena-Nya? Yakin pada
janji-janji dan pertolonga-Nya? Berjihad di jalan-Nya? Hal mana sajakah yang
sudah kita penuhi?
Ketika kita mengaku mencintai
Allah, maka kita harus beriltizam menjadikan cinta kepada-Nya diatas segalanya,
mendudukannya pada peringkat teratas dari cinta kita. Cobalah selami hati kita.
Adakah yang lebih kita cintai selain Allah? Adakah yang lebih berharga selain
Allah? Adakah yang bersemayam di hati
kita selain Allah? Jika masih saja ada, lalu apa arti ibadah kita kepada-Nya?
JIKA ENGKAU CINTA
Katakanlah, “Inilah
jalanku, aku mengajak kalian kepada Allah dengan bashiroh,
Aku dan
pengikut-pengikutku – mahasuci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang
musyrik”.
Jalan dakwah
panjang terbentang jauh ke depan
Duri dan batu
terjal selalu mengganjal, lurah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di
usia, bukan pula di dunia Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridha
Allah
Cinta adalah
sumbernya, hati dan jiwa adalah rumahnya
Pergilah ke
hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Nikmati perjalanannya,
berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang
mendapat hidayah karenamu
Itu lebih baik dari
dunia dan segala isinya…
Pergilah ke
hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah faham
Mengerti tentang
Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama
Hendaknya engkau
fanatis dan bangga dengannya
Seperti Mughirah
bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah ikhlas
Menghiasi hati,
memotivasi jiwa untuk berkarya
Seperti Kata Abul
Anbiya, “Sesungguhnya sholatku ibadahku, hidupku dan matiku semata bagi Rabb
semesta”
Berikan hatimu
untuk Dia, katakan “Allahu ghayatuna”
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah amal
Membangun kejayaan
ummat kapan saja dimana saja berada
Yang bernilai
adalah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan
Sasarannya adalah
perbaikan dan perubahan, al ishlah wa taghyir
Dari diri pribadi,
keluarga, masyarakat hingga negara
Bangun aktifitas
secara tertib tuk mencapai kejayaan
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah jihad
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan
kebatilan
Tinggikan kalimat
Allah rendahkan ocehan syaitan durjana
Kerjakeras tak
kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan
kemalasan, lamban, dan berpangku tangan
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah taat
Kepada Allah dan
Rasul, Alqur-an dan Sunnahnya
Serta orang-orang
bertaqwa yang tertata
Taat adalah wujud
syukurmu kepada hidayah Allah
Karenanya nikmat
akan bertambah melimpah penuh berkah
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah tadhhiyah,
Bukti kesetiaan dan
kesiapan memberi, pantang meminta
Bersedialah banyak
kehilangan dengan sedikit menerima
Karena yang disisi
Allah lebih mulia, sedang di sisimu fana belaka
Sedangkan tiap
tetes keringat berpahala lipat ganda
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah tsabat,
Hati dan jiwa yang
tegar walau banyak rintangan
Buah dari sabar
meniti jalan,
Teguh dalam
barisan Istiqomah dalam perjuangan dengan kaki tak tergoyahkan
Berjalan lempang
jauh dari penyimpangan
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah tajarrud
Ikhlas di setiap
langkah menggapai satu tujuan
Padukan seluruh
potensimu libatkan dalam jalan ini,
Engkau da’i sebelum
apapun adanya engkau
Dakwah tugas
utamamu sedang lainnya hanya selingan
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah tsiqoh
Kepercayaan yang
dilandasi iman suci penuh keyakinan
Kepada Allah,
Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya
Hilangkan keraguan
dan pastikan kejujurannya…
Karena inilah
kafilah kebenaran yang penuh berkah
Jika engkau cinta
maka dakwah adalah ukhuwwah
Lekatnya ikatan
hati berjalin dalam nilai-nilai persaudaraan
Bersaudaralah
dengan muslimin sedunia, utamanya mukmin mujahidin
Lapang dada
merupakan syarat terendahnya , itsar bentuk tertingginya
Dan Allah yang mengetahui
menghimpun hati-hati para da’i dalam cinta-Nya, berjumpa karena taat
kepada-Nya
Melebur satu dalam
dakwah ke jalan Allah, saling berjanji untuk menolong syariat-Nya
(Ust Aus Hidayat Nur)
Jika penghambaan kita kepada
Allah tidak membuahkan cinta yang lebih besar, lalu apa arti ibadah kita
kepada-Nya?"
Cinta hanya dapat dipahami oleh
seorang insan yang tenggelam di dalamnya.
Hubbud dunya wakarohiyatul maut
sumber : File dari Laptop Perjuanganku Compaq Presario Cq-40